عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّهُ قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَحَانَتْ صَلَاةُ الْعَصْر،ِ فَالْتَمَسَ النَّاسُ الْوَضُوءَ، فَلَمْ يَجِدُوهُ، فَأُتِيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِوَضُوءٍ، فَوَضَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فِي ذَلِكَ الْإِنَاءِ يَدَهُ، وَأَمَرَ النَّاسَ أَنْ يَتَوَضَّئُوا مِنْهُ، قَالَ، فَرَأَيْتُ الْمَاءَ يَنْبُعُ، مِنْ تَحْتِ أَصَابِعِهِ، حَتَّى تَوَضَّئُوا مِنْ عِنْدِ آخِرِهِمْ (صحيح البخاري)
Dari Anas bin Malik Ra, kulihat
Rasulullah SAW, dan sudah saatnya shalat ashar, maka orang orang mencari air,
untuk wudhu namun tak menemukannya, maka dibawakan kepada Rasul saw bejana
wadah tempat air berwudhu, maka Rasul saw menaruh tangan beliau SAW dan
memerintahkan orang orang berwudhu dari wadah air itu, maka kulihat air
mengalir deras bagai mata air dari bawah jari jari beliau saw, hingga orang
orang berwudhu hinggga kesemuanya selesai” (Shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum warahmatullahi
wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah
subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang Maha memuliakan kita untuk hadir dalam
perkumpulan yang luhur ini, Yang Maha Bercahaya di atas segala yang bercahaya,
Maha Menciptakan cahaya kebahagiaan, cahaya keluhuran, cahaya kesejahteraan,
cahaya kebahagiaan di dunia dan akhirat, hingga terang benderang jalan yang
ditempuh oleh para hamba-hambaNya, jalan kebenaran dan keluhuran yang diterangi
dengan matahari keridhaan Ilahi, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam, beliaulah matahari kemuliaan Allah, matahari cinta dan kasih sayang
Allah, matahari keindahan Allah, matahari pengampunan Allah, yang mana jika
seseorang mengenal dan mengikuti tuntunan beliau, sampailah ia pada pengampunan
dan keridhaan Allah, keindahan dan kasih sayang Allah sehingga didapatilah
kebahagiaan di dunia dan akhirat serta jauh dari kemurkaan Allah subhanahu
wata’ala karena ia akan meninggalkan hal-hal atau perbuatan yang hina di sisi
Allah subhanahu wata’ala. Di malam hari ini kita semua masih berada dalam
naungan bulan agung Rabiul Awwal, yang mana Allah subhanahu wata’ala menyimpan
di dalamnya rahasia keluhuran sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam,
sebagaimana yang tadi telah kita dengar dari guru-guru kita bahwa merupakan
suatu aib bagi seseorang muslim yang melewati bulan Rabi’ul Awwal dan tidak
memimpikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ucapan ini merupakan
tahziir (peringatan) dan juga sebagai doa dan harapan serta penyemangat bagi
kita agar senantiasa merindukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di
bulan Rabi’ul Awwal, berharap untuk bisa berjumpa dengan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam di bulan Rabi’ul Awwal, maka kita selalu berusaha untuk
memperbanyak mengikuti sunnah-sunnah Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam.
Namun jika tidak berjumpa dengan beliau janganlah merasa kecewa, dan jika
berjumpa dengan beliau tidak pula merasa sombong dan takabbur , akan tetapi
bersyukurlah akan hal itu karena perjumpaan itu akan terjadi berulang-ulang
dikarenakan rasa syukur itu.
Sampailah kita pada hadits luhur
akan mu’jizat sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang telah
disampaikan oleh sayyidina Anas bin Malik RA, dimana suatu hari ketika telah
masuk waktu shalat Asar dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersama
para sahabat berada dalam perjalanan, dalam 2 riwayat yang lain yang terdapat
di Shahihul Bukhari disebutkan bahwa peristiwa itu terjadi di wilayah
Hudaibiyah, maka ketika itu para sahabat mencari air untuk berwudhu namun tidak
mereka dapatkan, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meminta
bejana air dan menaruhkan tangan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam ke dalam
bejana air itu sehingga mengalirlah air dari bawah jari-jari beliau shallallahu
‘alaihi wasallam dengan derasnya, kemudian para sahabat berwudhu’ dengan air
itu. Disebutkan dalam riwayat yang lain dalam Shahihul Bukhari bahwa ketika
dalam perjalanan itu (Dalam perjanjian Hudaibiyyah) mereka berjumlah 1500 orang
dan mereka semua menggunakan air itu untuk minum dan berwudhu, dan dikatakan
oleh periwayat hadits bahwa meskipun jumlah orang di saat itu adalah 100.000
pastilah air tesebut tetap mencukupi mereka karena air itu terus mengalir dari
jari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Dalam hadits ini tersimpan makna
bahwa ketika ummat dalam kesulitan dan kesusahan maka sang nabi shallallahu
‘alaihi wasallam tidak akan hanya diam dan membiarkan mereka. Para pecinta
sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam juga akan dicintai oleh beliau
shallallahu ’alaihi wasallam, dengan diberi syafaat oleh beliau shallallahu
‘alaihi wasallam di dunia dan di akhirat . Syafaat Rasulullah terjadi di dunia
sebagaimana kisah dalam riwayat yang tadi kita baca. Begitupula sebagaimana
yang telah teriwayatkan ketika terjadi peperangan Badr salah seorang sahabat,
sayyidina Ibn Afra’ yang ketika itu tangannya terpotong dalam peperangan, maka
dengan kesakitan ia membawa potongan tangannya kehadapan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
menyambungkan kembali potongan tangannya itu lantas tangan itu pun tersambung
seperti semula tanpa ada bekas luka sedikit pun. Hal yang terjadi seperti ini,
jika kita mengatakan hanyalah kekhususan para sahabat, maka hal itu berarti
kita membatasi kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, akan
tetapi kedermawanan beliau berlaku untuk semua ummat beliau terlebih lagi para
pecinta beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana yang telah difirmankan
Allah subhanahu wata’ala:
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ ( التوبة : 128 )
“Sesungguhnya telah datang
kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu,
sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi
penyayang terhadap orang-orang mukmin”. ( QS. At Taubah : 128 )
Di zaman sekarang ini, saat
terjadi kerusakan pada ummat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan
ketika itu ada yang masih berpegang teguh pada sunnah beliau shallallahu
‘alaihi wasallam, maka akan didapatkan baginya pahala 100 orang mati syahid,
sebagaimana sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam :
مَنْ تَمَسَّكَ بِسُنَّتِي عِنْدَ فَسَادِ أُمَّتِي فَلَهُ أَجْرُ مِائَةِ شَهِيدٍ
“Barangsiapa yang berpegang pada
sunnahku ketika kerusakan ummatku, maka baginya pahala 100 orang yang mati syahid”
Di setiap waktu dalam hari-hari
di kehidupan dunia ini kita selalu ditunggu oleh kemuliaan pahala 100 orang
mati syahid, apakah hal itu akan kita lewatkan begitu saja bahkan kita tukar
dengan dosa dan kehinaan . Sungguh pahala yang agung ini jauh lebih utama dari
sekedar chatting, bermain dengan handphone, atau browsing di internet dengan
membuka situs-situs porno yang akan membutakan mata kelak di hari kiamat, dan
tidak akan memandang Allah subhanahu wata’ala dan RasulNya shallallahu ‘alaihi
wasallam, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala:
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى ( طه : 124 )
“Dan barang siapa berpaling dari
peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan
menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". (QS.Thaaha : 124 )
Maka kehidupan orang tersebut
kelak di akhirat penuh dengan kesusahan dan kegelapan, dan kelak dibangkitkan
dalam keadaan buta sehingga tidak mengetahui mana surga dan neraka, tidak
mengetahui dimana Allah subhanahu wata’ala mengumpulkan hamba-hamba yang
shalih, dan dimana Allah mengumpulkan hamba-hamba yang jahat, tidak mengetahui
dimana kelompok para pecinta sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Ucapan ini bukan bermaksud untuk mentakut-takuti, tetapi hanya ingin mengajak
agar kita menjadi orang yang terpilih untuk melihat Allah subhanahu wata’ala
dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kelak di alam barzakh dan hari
kiamat. Sebagaimana bayangan wajah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam
selalu ada di setiap alam, baik itu di alam dunia sebagaimana sabda beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam :
مَنْ رَآنِى فِى الْمَنَامِ فَقَدْ فَسَيَرَانِيْ فِى الْيَقَظَةِ وَلاَ يَتَمَثَّلُ الشَّيْطاَنُ بِيْ
“ Barangsiapa melihatku dalam
tidurnya maka sungguh ia akan melihatku dalam keadaan bangun (sadar) , dan
syaithan tidak menyerupaiku”
Sebagian Ulama’ mengatakan bahwa
orang yang telah memimpikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam maka ia
akan melihat Rasulullah sebelum ia wafat, yang mana ia tidak akan mengalami
sakaratul maut kecuali wajah sang nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam
tampak di hadapannya, dan ketika di alam barzakh sebagaimana terdapat lebih
dari 7 riwayat dalam Shahihul Bukhari dan Shahih Muslim, dimana Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasalla bersabda bahwa seorang hamba akan mendapatkan
cobaan lagi di alam kubur yaitu pertanyaan di alam kubur, dimana ketika itu
akan datang malaikat dan menunjukkan sang nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam, dan berkata :
مَاعِلْمُكَ بِهَذَا الرَّجُلِ؟
“ Apa pengetahuanmu akan lelaki
ini?”
Jika hamba itu adalah orang
mukmin maka ia akan berkata :
هُوَ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ جَاءَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى فَأَجَبْنَا وَاتَّبَعْنَا هُوَ مُحَمَّدٌ، هُوَ مُحَمَّدٌ هُوَ مُحَمَّدٌ
“ Dia adalah Muhammad utusan
Allah, datang kepada kami dengan penjelasan dan petunjuk, maka kami menjawabnya
dan mengikutinya, Dialah Muhammad, Dialah Muhammad, Dialah Muhammad (Saw)”.
Maka malaikat berkata :
نَمْ صَالِحًا قَدْ عَلِمْنَا إِنْ كُنْتَ لَمُوقِنًا بِهِ
“Tidurlah dengan tenang, sungguh
kami telah mengetahui bahwa kamu adalah orang yang meyakininya”
Hamba yang shalih bisa mengenal
beliau shallallahu ‘alaihi wasallam meskipun belum pernah berjumpa dengan
beliau, namun iman yang menjadikannya mengenal Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, dan ruh itu kelak di alam kubur mengenal sayyidina Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
dalam riwayat Shahih Al Bukhari :
اَلْأَرْوَاحُ جُنُوْدٌ مُجَنَّدَةٌ, فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ، وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ
“Ruh-ruh itu merupakan pasukan
yang teratur, ruh-ruh yang saling mengenal maka dia akan bersatu dengannya dan
jika tidak saling mengenal maka akan saling mengingkari”
Jika manusia saling mencintai
satu sama lain, maka ruh mereka pun saling mencintai dan berada dalam satu
kelompok, sebaliknya jika manusia itu berselisih maka ruh mereka pun
berselisih, jika mereka saling berpisah maka ruh mereka pun saling berpisah.
Maka jika seseorang mencintai sang nabi meskipun jasadnya tidak bertemu dengan
beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, maka ruhnya akan bersatu dengan pasukan
sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Namun jika hamba itu adalah
orang yang dhalim, fasiq, atau munafiq lalu wafat maka ketika ditanya oleh
malaikat :
مَاعِلْمُكَ بِهَذَا الرَّجُلِ؟
“ Apa pengetahuanmu akan lelaki
ini?”
Ia akan menjawab :
لَا أَدْرِي سَمِعْتُ النَّاسَ يَقُولُونَ شَيْئًا فَقُلْتُهُ
“Aku tidak tahu, aku mendengar
orang-orang mengatakan sesuatu, maka akupun mengatakannya”.
Orang itu tidak mengenali
sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, karena ia tidak mengenal
sejarah beliau di dunia, tidak juga banyak membaca shalawat kepada beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam, padahal beliau shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda :
أَقْرَبُكُمْ مِنِّيْ مَنْزِلاً يَوْمَ اْلقِيَامَةِ أَكْثَرَكُمْ عَلَيَّ صَلاَةً
“ Yang paling dekat tempat kalian
denganku kelak di hari kiamat adalah yang paling banyak bershalawat kepadaku”
Namun orang itu tidak banyak
bershalawat kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bahkan memerangi
dan melarang kelompok orang yang bershalawat, sehingga orang tersebut tidak
mencintai nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bahkan mensyirikkan
orang-orang yang mencintai nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Orang
seperti ini kelak di alam kubur ketika ditanya oleh Malaikat tentang nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, maka ia menjawab bahwa ia tidak
mengenali orang tersebut (Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam), maka
ketika itu malaikat memukulnya dengan martil besi sehingga ia menjerit dengan
dahsyatnya dimana jeritan itu didengar oleh seluruh alam jagad raya kecuali jin
dan manusia.
Oleh karena itu kenalilah
sayyidina Muhamamd shallallahu ‘alaihi wasallam, mukjizat agung dimana ketika
dalam keadaan tidak menemukan air, ketika itu air pun mengalir dari bawah
jari-jari beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam tidak melakukan hal yang seperti itu hanya untuk para sahabat
beliau, namun beliau tidak akan membiarkan orang-orang yang mencintai beliau
dalam kesusahan dan kesulitan.
كُلُّ مَنْ يَعْشَقْ مُحَمَّدا في اَمَانٍ وَسَلامِ
“Semua yang merindukan Nabi
Muhammad selalu diamankan oleh Allah dan diberi keselamatan”
Alhamdulillah malam ini kita
berada dalam kelompok para pecinta sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam, Alhamdulillah. Selanjutnya kita bermunajat kepada Allah semoga segala
hajat kita dikabulkan, baik hajat dunia dan hajat akhirat dan diberi lebih dari
yang kita minta dan harapkan, amin allahumma amin…
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا
Ucapkanlah bersama-sama
يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar